Baca Juga
awi
Samsung memastikan telah menarik Galaxy Note 7 dari pasaran dan menghentikan produksinya. Namun sebenarnya apa yang terjadi dengan ponsel anyar tersebut? Mengapa begitu banyak kasus Galaxy Note 7 meledak?
Sebelumnya, Samsung sempat menyebut baterai yang cacat produksi menjadi penyebab utama masalah tersebut. Namun setelah dilakukan penarikan dan diganti dengan komponen baru ternyata masih ditemukan kasus serupa.
Perusahaan asal Korea Selatan itu akhirnya kembali melakukan investigasi dan belum menemukan penyebab utama masalah dari ponsel itu. Meskipun belum ada pernyataan resmi dari Samsung, beberapa analis ternyata telah memberikan beberapa teori mengapa hal itu dapat terjadi.
Lantas, seperti apa teori yang diungkapkan oleh para analis tersebut? Untuk mengetahuinya, simak artikel berikut ini yang dikutip dari laman BGR,
1. Masalah Manufaktur
Manufaktur ternyata disebut-sebut masih menjadi alasan utama pada Galaxy Note 7, terutama baterai. Pada awalnya, Samsung tak menyebut apa masalah yang sebenarnya terjadi pada baterai perangkat tersebut.
Namun penyelidikan bersama dengan Consumer Product Safety Commission (CPSC), menemukan baterai yang dibuat anak perusahaan Samsung itu terlalu besar. Akibatnya dengan ruang yang lebih kecil dapat memicu hubungan arus pendek, panas berlebihan, dan berpotensi menimbulkan api.
Samsung segera mengganti baterai itu dan menggantinya dengan produksi Amperex Technology. Pun demikian proses tersebut tak berpengaruh, sebab masih ditemukan masalah Galaxy Note 7 yang meledak.
Ternyata, berdasarkan laporan Bloomberg, baterai besutan Amperex itu memiliki masalah manufaktur. Karenanya, pihak penyidik menyebut kasus meledaknya Galaxy Note 7 tetap terjadi karena baterainya masih bermasalah. Galaxy Note 7 dibanderol dengan harga Rp 10.777.000 di Indonesia.
2. Fitur Fast Charging
S Pen Samsung Galaxy Note 7 dipastikan hadir dengan beberapa peningkatan fitur.
Teori lain yang disebut menjadi penyebab meledaknya Galaxy Note 7 adalah fitur fast charging yang disematkan Samsung.
Berdasarkan laporan Financial Times, masalah berasal dari tweak (sistem untuk mendukung pengoperasian) yang berasal dari prosesor untuk mempercepat pengisian daya.
Menurut sumber anonim, baterai yang diisi terlalu cepat membuatnya semakin rentan terkena masalah. Sama seperti mesin, jika dipacu terlalu keras akan meledak. Sulit untuk memasukkan kemampuan semacam itu pada baterai lithium-ion yang berukuran kecil.
3. Desain Simetris
Terakhir, desain ponsel dengan layar lengkung yang simetris disebut menjadi penyebab Galaxy Note 7 bermasalah. Sebagai informasi, tak seperti Galaxy S7 yang memiliki layar lengkung ke salah satu sisi saja, Galaxy Note 7 memang didesain dengan layar lengkung yang simetris di kedua sisinya.
Namun desain semacam itu diprediksi membuat tekanan makin besar pada baterai dan menyebabkan hubungan arus pendek. Kondisi itu dapat memicu api yang dapat meledakkan ponsel.
Teori lain juga menyebut tekanan itu berasal dari pelat isolasi yang diletakkan selama proses manufaktur. Jadi, pelat isolasi yang diletakkan pada pinggir baterai membuat baterai mengalami tekanan berlebihan ketika ponsel disegel. Kabar ini didukung oleh kemasan baterai SDI memiliki pelat isolasi yang diletakkan terlalu dekat dengan pinggir.
Sebelumnya, Samsung sempat menyebut baterai yang cacat produksi menjadi penyebab utama masalah tersebut. Namun setelah dilakukan penarikan dan diganti dengan komponen baru ternyata masih ditemukan kasus serupa.
Perusahaan asal Korea Selatan itu akhirnya kembali melakukan investigasi dan belum menemukan penyebab utama masalah dari ponsel itu. Meskipun belum ada pernyataan resmi dari Samsung, beberapa analis ternyata telah memberikan beberapa teori mengapa hal itu dapat terjadi.
Lantas, seperti apa teori yang diungkapkan oleh para analis tersebut? Untuk mengetahuinya, simak artikel berikut ini yang dikutip dari laman BGR,
1. Masalah Manufaktur
Manufaktur ternyata disebut-sebut masih menjadi alasan utama pada Galaxy Note 7, terutama baterai. Pada awalnya, Samsung tak menyebut apa masalah yang sebenarnya terjadi pada baterai perangkat tersebut.
Namun penyelidikan bersama dengan Consumer Product Safety Commission (CPSC), menemukan baterai yang dibuat anak perusahaan Samsung itu terlalu besar. Akibatnya dengan ruang yang lebih kecil dapat memicu hubungan arus pendek, panas berlebihan, dan berpotensi menimbulkan api.
Samsung segera mengganti baterai itu dan menggantinya dengan produksi Amperex Technology. Pun demikian proses tersebut tak berpengaruh, sebab masih ditemukan masalah Galaxy Note 7 yang meledak.
Ternyata, berdasarkan laporan Bloomberg, baterai besutan Amperex itu memiliki masalah manufaktur. Karenanya, pihak penyidik menyebut kasus meledaknya Galaxy Note 7 tetap terjadi karena baterainya masih bermasalah. Galaxy Note 7 dibanderol dengan harga Rp 10.777.000 di Indonesia.
2. Fitur Fast Charging
S Pen Samsung Galaxy Note 7 dipastikan hadir dengan beberapa peningkatan fitur.
Teori lain yang disebut menjadi penyebab meledaknya Galaxy Note 7 adalah fitur fast charging yang disematkan Samsung.
Berdasarkan laporan Financial Times, masalah berasal dari tweak (sistem untuk mendukung pengoperasian) yang berasal dari prosesor untuk mempercepat pengisian daya.
Menurut sumber anonim, baterai yang diisi terlalu cepat membuatnya semakin rentan terkena masalah. Sama seperti mesin, jika dipacu terlalu keras akan meledak. Sulit untuk memasukkan kemampuan semacam itu pada baterai lithium-ion yang berukuran kecil.
3. Desain Simetris
Terakhir, desain ponsel dengan layar lengkung yang simetris disebut menjadi penyebab Galaxy Note 7 bermasalah. Sebagai informasi, tak seperti Galaxy S7 yang memiliki layar lengkung ke salah satu sisi saja, Galaxy Note 7 memang didesain dengan layar lengkung yang simetris di kedua sisinya.
Namun desain semacam itu diprediksi membuat tekanan makin besar pada baterai dan menyebabkan hubungan arus pendek. Kondisi itu dapat memicu api yang dapat meledakkan ponsel.
Teori lain juga menyebut tekanan itu berasal dari pelat isolasi yang diletakkan selama proses manufaktur. Jadi, pelat isolasi yang diletakkan pada pinggir baterai membuat baterai mengalami tekanan berlebihan ketika ponsel disegel. Kabar ini didukung oleh kemasan baterai SDI memiliki pelat isolasi yang diletakkan terlalu dekat dengan pinggir.